Jonan Larang Pejabat Kemenhub Bicara ke Media Tanpa Seizinnya

Posted by


JAKARTA, 13/7 - Sejak beberapa hari lalu beredar gambar screenshot surat elektronik yang menggunakan nama Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. Surat itu ditujukan ke mailing list atau milis yang bernama Milis Dephub (Departemen Perhubungan, kini Kementerian Perhubungan).

Surat tersebut berisi larangan Menteri Jonan kepada pejabat di jajaran Kementerian berbicara atas nama lembaga kepada media atau talkshow tanpa seizinnya. Jonan mengancam dijatuhi sanksi pembebasan tugas bagi para pelanggar.

Menhub Ignasius Jonan
Pihak Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sejak kemarin enggan berbicara banyak saat dimintai konfirmasi terkait dengan potongan surat elektronik itu. Juru bicara Kemenhub, Hemi Pamuraharjo, misalnya, tak membenarkan juga tak membantah surat elektronik itu. “No comment...,” ujarnya melalui pesan pendek, Selasa, 12 Juli 2016. Ia menambahkan smiley bergambar senyuman di ujung pesan itu.

Sabtu kemarin juga sempat beredar pesan serupa melalui WhatsApp. Saat itu pihak Kemenhub juga dimintai konfirmasi. Hemi saat itu sempat merespons, “Sedang kami telusuri.”

Ini isi surat elektronik tertanggal 9 Juli 2016 pukul 19.31 tersebut:

“Mulai sekarang, semua komunikasi dgn media cetak maupun elektronik baik utk pemberitaan atau opini atau talkshow, WAJIB MENDAPAT PERSETUJUAN SAYA SECARA TERTULIS YANG DIAJUKAN OLEH ESELON I YANG MEMBAWAHINYA.

PELANGGARAN AKAN MENDAPATKAN SANKSI PEMBEBASAN TUGAS.

KITA TIDAK MENGAMBIL ALIH FUNGSI DAN TANGGUNGJAWAB ORANG LAIN, SIAPAPUN DAN APAPUN KONDISINYA. 

ini adalah kelemahan biro komunikasi yang tidka (tidak) mampu mengatur kendali komunikasi media yang terpadu utk seluruh Kemenhub. 

TERIMA KASIH.”

Ign Jonan Tidak percaya ada 12 orang meninggal akibat macet
Dalam berita yang dilansir oleh Tempo Kamis (7/7) dikatakan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan tak percaya ada 12 korban meninggal akibat macet parah di pintu keluar jalan tol Brebes (Brexit). Dia meyakini korban meninggal akibat penyakit yang dimiliki pemudik.

"Masa kemacetan bisa menimbulkan orang meninggal, kan enggak mungkin. Kalau kecelakaan, mungkin. Kalau macet saya kira enggak," kata Jonan, saat mengikuti open house di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Rabu, 6 Juli 2016.

Menurut dia, orang meninggal bisa dengan bermacam-macam cara, bukan karena kemacetan. "Kalau tidak mengidap penyakit sebelumnya, saya kira enggak akan meninggal," katanya.

Jonan mengatakan ada yang bilang pemudik meninggal karena terjebak macet 12 jam dan mengalami dehidrasi. Dia pun meragukan hal ini. "Kalau puasa berapa jam? Lebih saya kira 12 jam, buktinya enggak apa-apa juga. Ini kan cuma duduk-duduk saja. Menurut saya, ini sudah mengidap penyakit sebelumnya atau apa," katanya.

Karena itu, dia meragukan jika 12 orang meninggal akibat kemacetan parah di pintu jalan tol Brebes Timur. "Kalau ada yang mengutip ada yang meninggal karena macet, kok, saya baru tahu ini seumur hidup saya," kata Jonan.

Kabar adanya korban meninggal mengundang keprihatinan praktisi kesehatan, Ari Fahrial Syam. Dia mengatakan dalam kemacetan total berjam-jam seperti yang terjadi di pintu keluar jalan tol Brebes, para pemudik sudah pasti mengalami kelelahan.

"Karena mereka istirahat ala kadarnya dan makan dan minum apa adanya. Kondisi ini akan membuat daya tahan para pemudik akan menurun dan mereka akan terpapar dengan berbagai infeksi," kata dokter spesialis penyakit dalam di RSCM ini dalam siaran persnya, Rabu, 6 Juli 2016.

Paparan infeksi tersebut bisa terjadi baik infeksi saluran pernapasan, infeksi pencernaan, atau terkena infeksi demam berdarah. "Stres yang terjadi akibat kemacetan juga memperburuk keadaan," kata Ari.

Untuk memulihkan kondisi fisik dan mental akibat kemacetan, Ari yang merupakan pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menganjurkan pemudik untuk segera istirahat yang cukup saat tiba di tujuan.

Ini untuk memulihkan kebugaran setelah berpuluh-puluh jam berada di kemacetan. Selain itu, mereka dianjurkan banyak mengkosumsi buah-buahan, serta cukup minum sampai sepuluh gelas per hari. Jika perlu, pemudik mengkosumsi suplemen atau vitamin.

Saran lainnya adalah berusaha menghindari tempat rekreasi yang memungkinkan adanya interaksi dengan banyak orang. Sebab, ini bisa berpotensi tertular penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pernapasan atas.

Untuk mengantisipasi kemacetan saat balik, para pemudik sebaiknya menjadwal ulang akan mempercepat pulang atau memperlama pulang. "Karena walau bagaimana mereka harus segera siap untuk kembali bekerja dalam kondisi sehat dan walafiat," kata Ari. (kbr)


Blog, Updated at: 12.05.00

0 komentar:

Posting Komentar